Kamis, 08 Maret 2012

PSIKOLOGI HEWAN

“Anjing dan Monyet Juga Mempunyai Perasaan”

Psikologi hewan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku hewan berdasarkan aspek-aspek perkembangan kelakuan, sensasi, persepsi, motivasi, proses belajar, emosi, kepribadian, basis biologis dari perilaku, intelejensi serta penyimpngan perilaku.

Ilmu perilaku hewan atau ilmu perilaku satwa disebut juga etologi  adalah suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya.

Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka aspek dari tingkah laku hewan, disiplin ilmu etologi modern umumnya dianggap lahir di sekitar tahun 1930an tatkala biolog berkebangsaan Belanda Nikolaas Tinbergen dan Konrad Lorenz, biolog dari Austria, mulai merintisnya. Atas jerih payahnya, kedua peneliti ini kemudian dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran pada tahun 1973.

Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku hewan juga disebut etolog.

LONDON - Sebuah survei di Austria mengungkap bahwa anjing merupakan hewan yang memiliki rasa cemburu tinggi. Untuk menunjukkan rasa cemburu, anjing akan melakukan tindakan yang tidak biasa.

Ahli psikologi hewan dari Universitas Vienna Friederike Range seperti dikutip Reuters, dengan mendongkol dan tidak menurut jika diminta menggoyangkan tangannya, ini menunjukkan anjing itu cemburu. Biasanya rasa cemburu itu timbul, jika sang majikan sedang bercanda dengan anjing lainnya atau memberi hadiah yang tidak setimpal satu dengan lainnya.

"Anjing termasuk salah satu hewan yang memiliki perasaan emosi yang kompleks dari hewan lainnya," kata Range.

Hasil studi yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences ini mengungkap, anjing akan menjilat-jilat tubuh, melukai diri, dan bertingkah seperti stress, jika mendapat hadiah yang juga diberikan kepada anjing lain oleh majikannya.

Dalam penelitian, Range menguji dua anjing yang duduk saling berdekatan. Kemudian peneliti memberikan hadiah yang tidak sama ukurannya pada salah satu anjing. Anjing yang menerima hadiah lebih kecil, menjilat tubuhnya, menguap sebesar-besarnya, melukai dirinya, dan menunjukkan tingkah aneh. Mereka juga menolak melakukan sesuatu seperti yang diperintahkan peneliti.

Studi juga mengungkap hal yang sama pada monyet jika temannya menerima hadiah yang lebih baik dari miliknya. Berbeda dengan anjing, monyet lebih agresif dalam menunjukkan rasa cemburunya, yaitu dengan menyerang.

Senin, 26 Desember 2011

REFLEKSI DIRI KELOMPOK 7 DAN 8

KELOMPOK  7
JUDUL: KOMUNITAS (VEGETASI)
Komunitas : kumpulan dari populasi yang saling berinteraksi yang hidup di suatu daerah tertentu.
Konsep dasar komunitas :
1.     Formasi : Unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditandai dengan beberapa bentuk tumbuhan yang dominan 
2.       Asosiasi : formasi yang berisikan dua atau lebih yang ditandai dengan satu atau lebih jenis spesies yang dominan
3.      Ekotone : Suatu zona peralihan 2 komunitas yang berbeda yang masing-masing memiliki ciri khas. Salah satu cirinya yaitu memiliki warna dari kedua spesies
Tipe vegetasi :
1.     Vegetasi hutan hujan tropis
2.     Hutan luruh template
3.     Boreal : Hutan di daerah utara yang mengalami 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musimdingin, dan musim semi. Contohnya : Pohon conifer seperti pohon merkusii
4.     Padang rumput : membentang dari daerah tropis ke daerah yang beriklim sedang
5.      Tundra
6.     Bumi utara

Vegetasi hutan hujan tropis :
1.     Zona hutan hujan bawah
2.     Zona hutan hujan tengah
3.      Zona hutan hujan atas : pohon renggang, yang mana dibawahnya ditumbuhi pleh rerumputan

Klasifikasi vegetasi :
1.     Pantai
2.     Rawa
3.      Payau
4.     Gambut
5.      Dataran rendah
6.     Dataran tinggi
7.     Pegunungan



KELOMPOK  8
JUDUL: VEGETASI HUTAN
Kelompok delapan menjelaskan tentang metode analisa vegetasi, macam-macam metode analisa vegetasi, dan  rumus-rumus perhitungan metode analisa vegetasi. Ada beberapa metode analisa vegetasi yaitu metode destruktif  dan nondestruktif. Metode ini bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat dikukur sedangkan metode nondestruktif terdapat dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organisme hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika.
Ada beberapa metode pemetaan vegetasi secara sederhana yaitu Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu Titik Konstan, dan Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak Dan Sudut. Untuk mengetahui jumlah kerapatan, jumlah, dan jarak antara species digunakan beberapa rumus yang dapat disesuaikan dengan keadaan yang akan di analisis.



REFLEKSI DIRI KELOMPOK 5 DAN 6

KELOMPOK  5
JUDUL: LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK
Dalam presentasi kelompok 5 dapat disimpulkan dari makalah yang telah disampaikan yaitu :
1.     Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh.
2.     Tanah tersusun atas 4 bahan utama, yakni bahan mineral, udara, bahan organic, dan air.
3.     Tanah sebagai medium maksudnya untuk pertumbuhan tanaman.
4.     Fisika tanah terdiri dari padatan, cairan, dan gas.
5.     Tekstur tanah terdiri dari fraksi pasir, debu, dan liat.
6.     Beberapa diantara sifat tanah :
Ø Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Ø C-Organik
Ø N-Total
Ø Pupuk
Ø Air Hujan
Ø Kalsium
Ø Magnesium, dan lain-lain.
7.     Profil tanah merupakan suatu kumpulan barbagai macam lapisan tanah.
8.     Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan.


Dari presentasi kelompok 5 timbul pertanyaan :

1.     Apa hubungan tabel mikroorganisme dengan penanaman ?
Hubungannya adalah semakin dalam tanaman itu tidak baik karena paling bawah batuan, semakin banyak mikroorganisme. Maka semakin subur tanahnya karena semakin banyak pengaruhnya.
2.     Tolong diperjelas lebih spesifik tentang interaksi tumbuhan dalam komunitas !
Salah satu contohnya yakni, tumbuhan yang rontok mempunyai interaksi, interaksi berhubungan dengan faktor pembatas. Maksudnya rontokan dari tumbuhan tersebut dapat mengganggu ataupun merusak tumbuhan lain.
KELOMPOK  6
JUDUL: POPULASI

Dalam presentasi kelompok 6 ini dapat ditarik kesimpulan dari makalah yang telah disampaikan yaitu :
1.     Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
2.       Distribusi di bagi 3 : distribusi umur, distribusi populasi, dan spasial.
3.     Interaksi antar organisme :
Ø Netral
Ø   Predasi
Ø Paratisme ( bersifat merugikan )
Ø Mutualisme ( hubungan antar 2 organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan )
Ø Interaksi antar komponen biotic dan abiotik.
Ø  Kompetisi merupakan interaksi antar populasi, apabila membutuhkan sesuatu yang sama maka akan terjadi persaingan.
4.     Penyebaran populasi di pengaruhi oleh jenis endemic dan kosmopolit. Seperti keadaan iklim yang mencakup curah hujan, suhu, jenis tanah dan topografi.



Dari presentasi kelompok 6 timbul pertanyaan :

1.     Apa itu factor pembatas ?
Factor kesediaan makanan, lingkungan, adanya persaingan mencari makanan antar spesies.
2.     Apa yang di maksud distribusi spasial ? tolong di jelaskan dan berikan contohnya !
Maksudnya, apabila laju kelahiran tinggi maka laju kematian meningkat karena terjadi persaingan antar spesies. Contohnya : ikan.


Kamis, 22 Desember 2011

ALELOPATI

Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati.
1.      Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.

2.      Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.

3.      Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.

4.      Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.

Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Rohman (2001) menyebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel,pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut.
  • Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
  • Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
  • Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
  • Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
  • Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
  • Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.
  • Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Rice (1974) dalam Salempessy (1998) dalam Tetelay (2003) juga menjelaskan bahwa senyawa alelopat dapat menyebabkan gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Selain itu Patrick (1971) dalam Salampessy (1998) dalam Tetelay (2003) menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.
Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim a, Tanpa Tahun). Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).